Gayonese Documentary – Gayo merupakan tempat yang kini banyak dibicarakan orang, baik di dalam maupun di luar negeri, hal ini terutama sekali disebabkan oleh kopi Arabika yang menjadi komoditi unggulan daerah ini yang kian mendunia, selain itu sebagian orang mengenal Gayo karena keindahan alamnya.
Di Gayo, selain ada kopi juga ada danau yang berada pada ketinggian 1200 mdpl, selain dua potensi unggulah itu, Gayo yang merupakan daerah dataran tinggi ini sebenarnya juga memiliki panorama alam yang eksotis yang jarang sekali dimiliki daerah lain, sehingga siapapun yang melihatnya akan terpesona. Sayangnya selama ini potensi ini belum banyak tergali.
Akibatnya tempat-tempat yang sangat berpotensi dijadikan sebagai daerah wisata ini belum terkelola dengan baik, meskipun alamnya sendiri sudah terbentuk sedemikian eloknya, tapi masyarakat Gayo samasekali belum mampu mengelolanya dan menjadikannya sebuah sajian wisata yang menarik.
Ini kemudian melatar belakangi diselenggarakannya sebuah dialog akhir tahun yang diprakarsain dan dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon, pada tanggal 31 Desember 2016, dengan menghadirkan pembicara diantaranya adalah kepala Bandara Rembele, pak Yan Budianto, pelaku wisata di Bali, bang Win Wan Nur, dan pelaku usaha kreatif di Bener Meriah, Bang Sadikin Gembel, dengan harapan wisata di Gayo bisa terintegrasi antara pelaku wisata yang satu dengan yang lainya.
Dialog itupun berjalan alot dan menghasilkan sebuah simpulan, bahwa ternyata harapan terintegrasinya wisata di Gayo tentu masihlah jauh dari harapan, sebab selama ini belum ada produk yang ditawarkan dalam bentuk siap saji, semua masih dalam bentuk bahan baku yang belum siap dihidangkan kepada para penikmat.
Berawal dari dialog tersebut munculah ide untuk menciptakan sebuah produk wisata dalam bentuk pelayanan, sebab, selama ini setiap orang yang ingin berkunjung ke Gayo selalu mereka buntu dan tidak tau mau ngapain aja di Gayo dan kemana saja?, kurangnya informasi dan pelayanan membuat orang tidak banyak bisa hadir ke Gayo.
Kemudian, salah satu peserta dialog tersebut merespon dan punya keinginan untuk mengembangkan itu, namanya Dina Apriandi, peserta yang berasal dari sekolah SMAN 5 Takengon, atas semangatnya itu kemudian untuk menindak lanjuti hasil diskusi muncul ide untuk segera melakukan praktek lapangan untuk pembuatan paket wisata di Gayo.
Setelah berbincang-bincang di Asa Coffee paska dialog Akhir Tahun beberapa orang diantaranya saya sendiri, Feri Yanto, bang Win Wan Nur, bang Mahyuddin, Dina Apriandi dan salah-seorang temanya, dan Qien Matanilao anaknya bang Win Wan Nur akhirnya kami memutuskan untuk segera menindaklanjuti dalam bentuk aksi nyata pada hari ini, Minggu 1 Januari 2017.
Pagi Minggu, 1 Januari 2017, sesuai dengan kesepakatan, kami berangkat menuju Jagong Jeget, kali ini ikut kak Sri Wahyuni beserta suaminya bang Husni, bang Win Wan Nur menyetir mobil, dan bang Mahyuddin duduk di depan, sementara kami bertiga duduk di tengah, Dina dan temanya menunggu di kampung Wih Ilang.
Dalam perjalan, kami sudah ditatar bagaimana membangun paket wisata, bagaimana menyanjikannya dan bagaimana melayani para wisatawan yang akan hadir, dan disini saya baru “ngeh” bagaimana mengelola wisata, tentu bukan seperti yang saya bayangkan selama ini, sudah ada objek wisata sebut saja danau, namun ternyata itu hanya bahan baku yang perlu perlakuan agar wisatawan bisa menikmatinya.
Disini kami mencoba memulai membuat satu paket wisata dimulai dengan panorama alam bentangan sawah di Karang Roda, Pegasing, dilanjutkan pemandangan kampung Fort The Kock (Pedekok), Gelelugi, Pepalang dari pematang Star, kemudian dilanjutkan dengan menikmati kopi dan hamparan alamnya, kemudian dilanjutkan dengan wisata Air Terjun di dusun Wih Terjun kampung Wih Ilang kecamatan Pegasing.
Selesai disana, perjalanan dilanjutkan menuju Jagong Jeget, perkampungan transmigrasi Jawa di Aceh Tengah dan disana makan siang di rumah Dina Apriandi, dan nantinya akan ada paket belajar Gamelan, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju kampung Isaq di kecamatan Linge, sebelum sampai ke Isaq akan disuguhi pemandangan hutan Pinus yang hijau, tentu akan sangat nikmat sekali dengan ditambah menyeruput kopi Arabika Gayo.
Di Isaq, akan ada wisata sejarah yaitu situs wisata Loyang Datu, dimana Loyang Datu adalah situs yang sangat bersejarah bagi orang Gayo, tempat dimana moyang urang Gayo bernama Merah Mege di jatuhkan oleh enam saudaranya kandungnya, ceritanya mirip seperti nabi Yusuf dijatuhkan saudaranya kedalam sumur.
Dilanjutkan kembali, perjalanan pulang melewati kampung Isaq, di Isaq bisa menikmati ‘tape ubi’ yang khas dan rasanya nyami, sekaligus bisa menghangatkan perut untuk kemudian melintasi hutan hujan yang lebat, dan kembali ke kampung Fort The Kock, selanjutnya bisa menikmati wisata kuda di Belang Bebangka, dengan kuda-kuda pacu yang diternakkan menciptakan suasana seperti Marlboro Country atau film wild wild west.
Ternyata dalam waktu satu hari saja, berangkat dari Takengon pada pukul 9.00 WIB dan kembali ke Takengon lagi pukul 18.00 WIB. Kita sudah bisa menikmati keindahan alam dan budaya Gayo secara mendalam. Atas dasar itu, kami menamai paket yang kami buat hari ini dengan nama “Gayo Profound”
Di Belang Bebangka kami bertemu teman bang Win bernama Mirza Fitra, seorang sarjana teknik elektro lulusan Unsyiah, bersama istrinya yang merupakan seorang psikolog lulusan Australia dan tiga anak lelakinya sedang berwisata di Gayo. Bang Mirza mengaku bahwa Gayo tidak ada saingan dan mengatakan bahwa Gayo setara dengan New Zealand, namun dirinya juga mengkritisi soal kebersihan.
“Tidak ada lagi saingan Gayo ini, tapi kesalahannya masalah kebersihan, sampah dimana-mana,” katanya.
Beliau juga mengaku bingung ketika datang ke Gayo mau ngapain saja dan kemana saja tanpa ada yang mengarahkan, untuk itu dia sangat mendukung upaya yang sedang dilakukan dalam membentuk paket wisata ini, berharap nanti ketika datang sudah bisa menikmati wisata di Gayo dengan terencana dan terarah.
Dan ketika kami mengatakan bahwa sekarang kami yang pasca pelatihan hari ini sepakat membentuk kelompok jasa wisata yang kami namai “Tour Coming Tour” sudah menyediakan paket wisata komprehensif, sang istri begitu antusias dan langsung meminta nomer kontak saya dan mengatakan dalam waktu dekat dia akan mengirimkan teman-temannya untuk menggunakan jasa kami.
Saat itu juga saya sadar kalau ternyata usaha wisata di Gayo ini sedemikian cerah dan bisa dijadikan gantungan buat penghidupan di masa depan.[]
*Catatan Feri Yanto, update dari Lintas Gayo