Opini: Membumikan Al-Qur’an

0
946
Dok. Penulis

Gayonese Documentary – Waktu berlalu begitu cepat bak anak panah yang lepas dari busurnya, begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa cepatnya waktu berlalu. Ramadhan dengan segudang keutamaannya berangkat meninggalkan kita semua, hingga kini sebentar lagi kita akan melepas kepergian bulan Syawal yang tersisa tinggal beberapa hari lagi.

Lantas sudah sejauh mana ibrah maupun tarbiah bulan Ramadhan yang sudah berhasil kita implementasikan dalam setiap nafas kehidupan kita. Dimensi keberhasilan yang sesungguhnya berada pada diri kita sendiri, dengan cara memuhasabah capaian yang mampu diraih.

Tentu saja Allah ta’ala sebagai Rabb penentu diterima atau ditolaknya amalan kita, bukan pada penilaian manusia yang semuanya bersifat semu dan sementara.

Apakah Al-Quran yang disyiarkan lewat pengeras suara masjid maupun mushalla yang kita dengarkan cukup sampai di ruang udara dan hanya berakhir disana? Tentu saja ini harus menjadi catatan besar, karena Al-Quran bukan sekedar bahan bacaan yang diperuntukkan saat bulan Ramadhan saja, melainkan sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia.

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Qs. Al-Isra 9)

Maka tidak jarang lelucon yang hadir menghiasi ruang jagat media sosial dengan ungkapan yang terkadang cukup menggelitik. Ada orang yang menginginkan bulan Ramadhan berlangsung sepanjang tahun agar mampu terus dekat dengan Allah ta’ala, banyak mentadabburi Al-Quran, banyak bershadaqah, mampu menegakkan qiyamul lail serta mampu melakukan banyak kebaikan lainnya saat bulan Ramadhan.

Berbanding terbalik apabila telah usai bulan Ramadhan kini menjadi jauh dari Allah ta’ala, jauh dari Al-Quran, tidak pernah menegakkan qiyamul lail serta jarang bershadaqah. Sebagai bahan renungan bagi kita semua bahwasanya akhir yang baik tidak mungkin dapat diraih dengan begitu saja, melainkan hasil akhir yang baik akan diraih apabila proses yang ditempuh dan dilalui dengan penuh kesungguhan.

Teringat akan sebuah hadits nabi yang menitik beratkan bagaimana pentingnya sebuah proses. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَأَنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang terus-menerus dikerjakan (kontinyu) walaupun sedikit.” (HR. Bukhari no. 6464 dan Muslim no. 783)

Begitu pula dengan Al-Quran, mukzijat yang mulia dan dimuliakan oleh rasul yang mulia maka sudah seharusnya kita memuliakan Al-Quran. Dengan cara apa, tentu bukan hanya sekedar dijadikan pajangan yang menghiasi masjid dan rumah hingga dipenuhi debu maupun kotoran yang akan bertemu kembali di Ramadhan yang akan datang.

Melainkan Al-Quran harus hadir sebagai pengingat dikala kita lupa akan kehidupan setelah kehidupan ini. Al-Quran tidak hanya sekedar diinstal memenuhi ruang memori gadget yang tidak pernah dilirik sama sekali.

Melainkan Al-Quran harus hadir sebagai solusi ketika kita terperangkap dalam masalah, bukan dengan cara melarikan diri ke status pribadi hingga publik terenyuh mendengar curhatan dan masalah yang sedang dihadapi.

Maka mulai hari ini luangkan waktu berduaan dan bermesraan dengan Al-Quran, bukan malah mencari waktu luang hingga waktu itu sendiri yang akan memisahkan kita dengan Al-Quran. Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis adalah Agung Pangeran Bungsu S.Sos, Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[SUMBER]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here