Gayonese Documentary – Selain menikmati keindahan Danau Laut Tawar, kegiatan lain yang sebaiknya tidak dilewatkan selama berada di Takengon, Aceh Tengah, adalah mengunjungi kebun dan pabrik pengolahan sekaligus menyeruput kopi Gayo.
Dataran Tinggi Gayo, yang wilayahnya meliputi Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan sedikit Gayo Lues, merupakan daerah penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia, bahkan sudah dikenal sampai manca negara.
Tanaman kopi di daerah ini sudah sejak lama ditanam. Menurut catatan, perkebunan kopi di Tanah Gayo, telah dikembangkan sejak tahun 1908. Tanaman kopi sangat cocok dan tumbuh subur di wilayah yang berada di ketinggian 1200 di atas permukaan laut ini.
Kopi Arabika
Pabrik kopi yang dirintis oleh H Aman Kuba ini termasuk salah satu perintis pabrik pengolahan kopi di Takengon. Ia memulai usahanya sejak tahun 1958 dan kini diteruskan oleh anak-anaknya.
Banyak jenis produk kopi yang dihasilkan pabrik ini, antara lain Arabika Gayo dari Grade 5 sampai Grade 1, Long Berry, Pea Berry, Specialty, Wild Luwak dan Wine.
Sayang siang itu kami tidak bisa mencicipi tester kopi yang ada di pabrik tersebut. Ada sedikit gangguan sehingga kedai tidak bisa menyajikan kopi kepada kami.
Sebagai oleh-oleh, kami membeli beberapa bungkus kopi jenis Wine, specialty dan grade 5.
Tidak cukup di pabrik H Aman Kuba, kami melanjutkan perjalanan ke pabrik pengolahan lain yaitu Kopi Oro, yang letaknya juga tidak begitu jauh dari Pabrik H Aman Kuba.
Siang itu kami menyaksikan kesibukan para perempuan sedang menyortir kopi secara manual. Di sisi lain, ada dua rombongan bus wisatawan yang mengunjungi pabrik tersebut.
Kami sempat masuk ke ruangan tempat display produk Oro, termasuk meihat berbagai jenis kopi yang disimpan di toples kaca. Buset, ternyata jenisnya lebih dari 50 jenis kopi siap olah.
Selain mengunjungi pabrik pengolahan kopi, dalam perjalanan kembali dari Takengon ke Lhokseumawe, saya juga dibawa oleh teman saya mengunjungi kebun kopi miliknya. Luas kebunnya sekitar 0,5 hektare, ditanami sekitar 500 pohon kopi. Kopi itu biasanya dipetik dan diolah sendiri menjadi produk kopi siap dikonsumsi. Kopi itulah yang dihidangkan kepada kami.
Melihat kebun dan pabrik pengolahan kopi di Takengon, saya jadi ingat kopi di Temanggung, kampung saya. Selama ini, saya lebih mengenal satu jenis kopi, yaitu buatan ibu saya. Di Jawa, untuk pembuatan bubuk kopi, biasanya dicampur dengan beras, porsinya 50 persen kopi dan 50 persen beras.
Sewaktu masih kuat, beliau biasa menggoreng kopi, menumbuk di lesung hingga menjadi bubuk kopi, kemudian membungkus kopi itu untuk dijajakan di warung rumah. Kini, semua pekerjaan tersebut lebih banyak diserahkan ke orang lain.
Sekarang saya sering menyeruput berbagai jenis minuman kopi, yang kadang harganya cukup mahal untuk ukuran saya. Tetapi bagi saya, kopi yang paling masuk di hati ya tetap kopi kampung buatan ibu saya.[]
Ditulis oleh Al Johan, terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com