Gayonese Documentary, Banda Aceh – Bejamu saman biasanya hanya dilakukan oleh di kampung-kampung dalam kawasan kabupaten gayo lues. Kali ini bejamu saman akan di adakan oleh himpunan mahasiswa anatara HIMAGALUS Lhoksemawe – Aceh Utara (Tuan Rumah) dengan HIPEMAGAS Banda Aceh – Aceh Besar (Tamu).
Tidak bisa kita bayangkan kegiatan bejamu saman yang biasanya di lakukan di kabupaten Gayo Lues antar kampung, akan tetapi kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa mari kita saksikan dan keseruanya pada tanggal 14-15 Desember 2019 di Aula Dinas Pendidikan Lhoksemawe.
Syahbudin sebagai ketua HIMAGALUS Lhoksemawe menuturkan kegiatan ini merupakan perwujudan untuk menjalin kerjasama dan silaturahmi antara mahasiswa Gayo Lues.
“Semoga kedepannya kegiatan ini menjadi kegiatan rutin tahunan. Semoga kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi paguyuban-paguyuban mahasiswa Gayo Lues yang berada di seluruh penjuru Nusantara” kata ketua HIMAGALUS.
Jajarannya ingin mengembangkan budaya Gayo Luessemaksimal mungkin agar jamuan kami tidak mengecewakan kawan-kawan dari HIPEMAGAS.
“Sekalipun kegiatan ini tidak ada dukungan dari Pemerintah daerah, kami dari seluruh Mahasiswa, Pembina dan orang tua yang berada di Lhoksemawe-Aceh Utara melakukan penggalangan dana secara patungan yang tidak ditentukan.” Lanjut Syahbudin.
Ricky Al-Huda sebagai ketua HIPEMAGAS Banda Aceh juga memberi tanggapannya, mengenai perhelatan yang akan dilaksanakan tersebut.
“Kami tidak mengharapkan diperlakukan secara istimewa yang terpenting nilai budaya yang terkandung dalam adat bejamu saman tidak menyalahi aturan adat yang telah ditetapkan secara turun temurun. Karena niat kita menghidupkan dan mengembangkan budaya kita sendiri tidak ada tujuan lain mengharapkan jamuan yang istimewa, karna kita paham betul posisi kita sama sebagai anak kos di perantauan.” Terang ketua HIPEMAGAS.
Bejamu Saman
Bejamu saman merupakan tradisi turun temurun yang telah menjadi budaya bagi masyarakat gayo lues guna untuk menjalin silaturahmi dengan sebutan lain Beserinen (bersahabat).
Berserinen ini bukan sekedar bersahabat dalam artian umum, akan tetapi berserinen ini akan melekat sampai ajal menjemput, dalam istilah bahasa Gayo “sinte murip besekeberen sinte mate bersientongen” artinya acara atau pesta semasih hidup saling memberi kabar, acara atau kanduri meninggal saling menjenguk.
Bajamu saman dilakukan di suatu kampung yang mengundang kampung lain untuk mengadu dan menunjukan kebolehan tari saman yang akan di bawakan kampung tersebut. Dalam kegiatan ini ada istilah ging dan mangka.
Ging adalah satu tim yang menirukan gerakan tarian saman yang sedang di bawakan oleh tim lawan baik dari tim tamu atau dari tim tuan rumah. Tim ging harus mengikuti gerakan apa yg dibawakan oleh tim yang sedang membawakan gerakan tari saman. Ketika tim ging tidak bisa mengikuti gerakan lawanya maka sorakan dari penoton akan tertuju padanya. Oleh karena itu ging itu harus serius dan terampil dalam menirukan gerakan sang lawan.
Mangka adalah menampilkan tari saman yang ekstra dengan tujuan sang lawan atau tim yang ging kebingungan dan kesusahan untuk menirukan gerakan yanh sedang di bawakan. Tim yang mangka biasa sering membuat gerakan tari saman tipuan dengan alasan supaya gerakan yang sedangkan di bawakan oleh tim mangka sulit untuk di ikuti.
Setelah selesainya acara bejamu saman antara kedua kampung tersebut maka pemenang tari saman yang telah di tampilkan tersebut tidak di umumkan, tetapi penilainnya oleh masyarakat setempat tari saman siapakah yang sebenarnya lebih unggul.