Gayonese Documentary, Aceh Tengah – Bentara Linge dari Majelis Adat Gayo (MAG) Aceh Tengah meyakini jika bahasa Gayo pada masa mendatang tidak ada akan hilang atau punah kendati jumlah penuturnya terus berkurang, sejauh masih ada keturunan dari masyarakat Gayo itu sendiri.
Hal itu dikatakan Bentara Linge saat menjadi narasumber dalam program dialog interaktif “Gayo Menyapa” yang berlangsung di studio RRI Takengon, Kamis (11/1/2018).
Dijelaskan, jika melihat pada kawasan perkotaan memang semakin sedikit masyarakat yang menggunakan bahasa daerah itu, namun bagi masyarakat yang tinggal di perkampungan masih tetap menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Kalau di seputaran kota mungkin sudah meninggalkan bahasa Gayo, tapi masih banyak kampung-kampung itu masih kental bahasanya, jadi sekian tahun yang akan datang tidak mungkin punah, namun keasliannya yang semakin lama semakin memudar,” katanya.
Kendati demikian Bentara Linge tetap berharap ada upaya dari pemerintah daerah hingga pusat untuk melestarikan bahasa Gayo, termasuk memasukannya dalam mata pelajaran di setiap lembaga pendidikan.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Aceh Tengah Uswatuddin menyebutkan untuk memasukannya dalam kurikulum pendidikan mulai tingkat TK hingga SMA sederajat, pihaknya masih terkendala dengan buku untuk mengajarkan bahasa tersebut.
“Harus ada bukunya, itulah yang jadi kendala selama ini, harus ada buku yang benar-benar ditulis oleh ahli dalam bahasa Gayo, karena seperti saya ini orang Gayo tapi bukan ahli dalam bahasa Gayo, jadi harus ada buku untuk acuan di sekolah,” sebutnya.
Sebelumnya dalam berbagai acara maupun kegiatan di Aceh Tengah muncul kekhawatiran terkait akan hilangnya bahasa Gayo pada masa mendatang, mengingat semakin banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakannya terutama dikalangan generasi muda.[RRI]