Gayonese Documentary, Bahasa Gayo digunakan alat percakapan sehari-hari oleh masyarakat suku Gayo yang berada di wilayah Tengah Aceh meliputi Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggah, Bener Meriah dan wilayah lainnya yang bersuku Gayo. Ada perbedaan sendiri dalam bahasa Gayo yang berada di Kabupaten Gayo Lues sendiri antara masyarakat yang berada di wilayah Uken dengan masyarakat yang berada di wilayah Toa (Orang Toa dan Orang Uken). Perbedaan bahasa masyarakat Toa dan masyrakat Uken hanya sedikit bahkan makna dan tujuan sama seperti bahasa orang Toa mengenai “Tidak Mau”. Kata tidak dalam bahasa Gayo adalah “Gi Ate, Gi Ejen, Gi Dak”,
Kata “Gi Ate, Gi Ejen” biasanya bahasa yang di gunakan oleh masyarkat daerah (Uken) sedangkan Kata “Gi Dak” bahasa yang digunakan oleh Masyarakat daerah (Toa). Ada perbedaan Bahasa mengandung makna yang sama dengan kata sebagai berikut:
Ketel dan Keter, ini adalah sebuah alat penyulingan serai wangi. Orang “uken” menyebut “Ketel” sedang kan orang Toa menyebut “Keter”. Kata “Gendong” dalam bahasa Gayo ada dua bahasa (Mok dan Me’en), kata Me’en bahasa di pakai orang “Uken” sedangkan “Mok” bahasa di pakai orang Toa. Dalam bahasa indonesia “pegang erat” dalam bahasa Gayo ada dua bahasa yang dipakai dengan kata “orot amatan tali a” ini bahasa dipakai orang Uken sedang bahasa orang Toa, (King Amatan Tali a).
Sebagai pengetahuan bahasa dari Kabupaten Gayo Lues yang beragam perbedaan bahasa, akan tetapi mempunyai suatu makna yang sama. Ini bukan suatu perbedaan di antara masyarakat orang Toa dan masyarakat orang Uken, bahasa merupakan khas di antara wilayah tersebut.[]
Penulis adalah Syamsul Bahri G, tinggal di Perlak, Kecamataan Tripe Jaya, Kabupaten Gayo Lues. Aceh (Email: bahry94ms@gmail.com).
Ike sarden hana bhs toa e
Arul relem berok keldong hana bahasa uken e