Gayonese Documentary – Tari guel lahir dari peristiwa membangunkan gajah. Kita sama-sama paham Gajah adalah hewan berbadan besar. Dulu kala, ketika Gajah duduk diam disuatu tempat. Dengan kekuatan irama gajahpun ikut bergerak dan menari.
Makna filosofisnya adalah dengan kekuatan seni disertai irama yang menyentuh jiwa gajahpun ikut menari apalagi manusia. Saya pernah menyaksikan seorang teman menarikan tari guel, sesur jangut ( berdiri bulu roma) merasakan gerak yang beliau tarikan.
Namun sekarang banyak gererasi muda menarikan tari guel hanya mengandalkan gerak, tanpa menghadirkan kekautan ruh yang ada dalam tari guel. Sehingga kita tidak bisa menikmati kekuatan dan kedahysatan yang terkandung dalam tari guel.
Seni kalaulah tulus dan ikhlas di lakukan akan dapat menghibur bahkan dapat diresap dalam rasa. Ketika rasa tersentuh, irama akan membangunkan jiwa. Disitulah tarian akan menuntun menumbus batas ruang dan waktu.
Inilah kekuatan tari guel.
“kitep” beta kedah
Sumber: Sinyo Gayo
Artikel lain tentang Tari Guel:
Tari guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekadar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.
Dalam perkembangannya, tari guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkkungan kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi objek penelitian sejumlah surveyor dalam dan luar negeri.
Pemda Daerah Istimewa Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim dibawah koodinasi Depdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan), dan tersebutlah nama Drs Asli Kesuma, Mursalan Ardy, Drs Abdrrahman Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun melakukan survey yang kemudian dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman, budayawan untuk menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari guel. Sebagian hasil penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang dokumen/literatur tarian ini sedikit bisa didapatkan.